08 Maret 2011

Hati-Hati Mandi Bersama Si Kecil

S ering, kan, orang tua, khususnya ibu, mandi bersama anak? Sebaiknya jangan dibiasakan, deh, karena bisa memancing si kecil berrperilaku "genit" dan melakukan "masturbasi".

Menurut Dra. Dewi Mariana Thaib, umumnya mandi bersama anak dilakukan lebih karena pertimbangan praktis saja. Misal, ibu yang harus bergegas ke kantor bisa lekas selesai bersiap diri sekaligus memandikan anak tanpa terlalu banyak buang waktu. Hingga, usai mandi, ia bisa langsung berdandan sementara anak cukup diserahkan ke pengasuh. Atau, boleh jadi si ibu enggan kotor atau basah lagi ketika harus memandikan anaknya secara terpisah.

Sebagian lagi memang sudah terbiasa mandi bareng. Dengan alasan demi kebersamaan keluarga, misal, hingga bila tak mandi bersama-sama, anak bakal mogok mandi. "Nah, ketimbang si kecil tak mau mandi, orang tua pun mengalah dengan meneruskan kebiasaan mandi bersama ini," ujar psikolog dari Klinik Medika Bayuadji, Jakarta, ini.

Ada pula yang menerapkan mandi bersama lantaran khawatir anaknya kelak bingung dan menyimpan banyak tanya mengenai tubuhnya tanpa mendapat jawaban yang benar. Nah, mandi bersama dianggap lebih pas untuk memberikan pendidikan seks pada anak ketimbang harus menerangkannya pakai gambar-gambar. Apalagi, tak mudah mendapatkan gambar-gambar sederhana yang mudah dipahami anak, terutama yang berkaitan dengan organ kelamin.

PERHATIKAN USIA

Tentu sah-sah saja kita mandi bersama si kecil, apa pun alasan dan tujuannya. Namun, Dewi mengingatkan agar kita juga memperhatikan usia anak. "Jika usianya masih 1-2 tahun, mungkin relatif aman karena ia belum lancar berbicara dan sosialisasinya pun belum meluas. Hingga, tipis kemungkinan ia akan menyebarluaskan kepada orang-orang luar tentang apa yang dilihatnya saat mandi bersama."

Namun bila usianya menjelang 3 tahun, "biasanya anak sudah mulai lancar berbicara dan ia pun mulai banyak bergaul, hingga bisa saja ia menyebarluaskan 'pengetahuan'nya itu kepada teman-teman di lingkungan sosialisasinya." Terlebih, apa yang dilihatnya selama mandi bersama merupakan sesuatu yang istimewa atau setidaknya berbeda dengan apa yang umumnya dilihat anak-anak. Disamping, ia pun ingin mendapat tanggapan dari teman-temannya hingga ia akan merasa bangga menjadi sosok yang lebih tahu dibanding teman-teman sebayanya.

Jadi, mulai usia 2 tahun sebaiknya acara mandi bersama tak diteruskan, ya, Bu-Pak. Bahkan, sekalipun kita tak keberatan si kecil ngomongin bagian-bagian tubuh kita kepada teman-temannya. Soalnya, seiring kemampuan berbicara si kecil yang mulai lancar, rasa ingin tahunya pun makin berkembang, hingga ia jadi makin banyak bertanya, termasuk hal-hal yang menyangkut seksualitas. Nah, sudah siapkah menjawab pertanyaan-pertanyaannya?

Ingat, lo, setiap pertanyaan anak harus dijawab, apa pun pertanyaannya. Jawabannya juga harus benar, bukan membingungkan atau malah menyesatkan. Dalam arti, kita tak boleh menutupi kenyataan yang dilihat anak. Tentu menjawabnya dengan bahasa yang mudah dimengerti anak sesuai tingkatan usianya. Misal, si Upik bertanya, "Bunda, kenapa, sih, tempat pipisku enggak sama seperti punya Ayah?", kita harus menjawabnya dengan benar, seperti, "Karena Ayah laki-laki dan kamu perempuan seperti Bunda."

Itulah mengapa, tekan Dewi, bila kita belum siap memberikan jawaban yang benar dan memadai, "hindari mandi bersama anak." Jikapun terpaksa, sebaiknya kita mandi dalam keadaan tetap berpakaian. Dengan begitu, tipis kemungkinan si kecil akan bertanya macam-macam. Paling yang ditanyakan, "Kok, Bunda mandinya pakai baju, sih?"

Cara lain, bangunlah lebih awal lalu segera mandi. "Paling lama cuma 10-15 menit, kan?" Bila si kecil sudah bangun saat kita ingin mandi, toh, kita bisa minta bantuan untuk suami untuk menjaganya. Usai mandi, barulah kita mandikan si kecil.

"MASTURBASI" DAN "GENIT"

Hal lain yang perlu diperhatikan, menjelang akhir usia batita, anak mulai menaruh perhatian pada perbedaan anatomi lelaki dan perempuan, hingga keinginan yang bersifat seksual pun mulai muncul. Di sisi lain, rasa ingin tahunya yang besar mendorong ia bereksperimen dengan dunia sekitarnya, termasuk bagian-bagian tubuhnya sendiri yang salah satunya alat kelamin.

Dengan demikian, acara mandi bersama bersama orang dewasa yang berlainan jenis kelamin harus dihentikan. Kalau tidak, "dampaknya tak baik buat anak," tukas Dewi. Dikhawatirkan, dengan seringnya si kecil melihat alat kelamin lawan jenisnya, ia jadi terpancing untuk memainkan alat kelaminnya. Misal, memegang-megangnya hingga mendapatkan kenikmatan tertentu.

Jangan salah, lo, kendati ia belum bisa mengasosiasikan pikirannya terlalu jauh, tapi ia akan cenderung mengulang dan mengulang lagi bila pengalaman tersebut memberi kenikmatan buatnya. Kalau sudah begitu, bukan tak mungkin si Upik atau si Buyung akan menghabiskan banyak waktunya dengan "masturbasi". Celaka, kan? Paling tidak, perkembangan sosialisasinya jadi terhambat. Bukankah menjelang akhir masa batita ia seharusnya mulai melebarkan "sayap" ke dunia di luar lingkungan keluarga alias bersosialisasi?

Tak cuma itu, bisa pula terjadi si kecil akan mencari kenikmatan serupa di lingkungan sekitarnya; entah ke pembantu, saudara sekandung, maupun teman-temannya. Ia mencoba memegang-megang, memeluk, atau bahkan mencium teman seusia yang berlainan jenis kelamin. Coba, deh, perhatikan. Cukup banyak, kan, bocah lanang yang dibilang genit lantaran suka memegang-megang atau memeluk anak perempuan sebayanya maupun wanita dewasa?

Nah, sebelum si kecil "terjebak" dalam kondisi yang tak menguntungkan ini, sudah sepatutnyalah bila acara mandi bersama dihentikan.

SASARAN PELECEHAN SEKSUAL

Lagi pula, dengan anak selalu mandi bersama kita, akan menghambat proses kemandiriannya. Selain, dikhawatirkan anak jadi mogok mandi bila kita tak ada. Namun yang paling membahayakan, bila anak akhirnya mandi bersama orang dewasa lain semisal pengasuh kala kita tak ada.

Pasalnya, bisa saja, kan, si kecil bertanya ini-itu seputar seksualitas? Nah, si pengasuh yang tingkat pendidikannya relatif rendah, "bisa jadi akan menjawabnya asal-asalan. Padahal, penjelasan yang salah seputar seks akan membingungkan atau malah menyesatkan anak." Hati-hati, lo, Bu-Pak, dampaknya buruk buat si kecil. Salah satunya, ia akan menganggap alat kelaminnya sebagai barang mainan atau sumber kenikmatan.

Bahaya lain, bukan tak mungkin si kecil dijadikan sasaran pelecehan seksual oleh si pengasuh atau orang dewasa lain. "Kalau cuma sebatas dipegang untuk dibersihkan badannya, sih, enggak apa-apa. Anak juga takkan merasa apa-apa; ia hanya merasa dimandikan biasa." Namun bila ia benar-benar dijadikan sasaran pelecehan seksual, bukan tak mungkin ia akan menikmatinya. Dampaknya tak kalah buruk, lo. "Anak akan merasa ketagihan. Hingga, kala kenikmatannya tak dipenuhi, ia akan mencari dan memintanya lagi."

Untuk menghindari kejadian tersebut, kita harus menanamkan pada si pengasuh agar mandi lebih dulu sebelum memegang si kecil. Selain kebersihan si pengasuh lebih terjaga, tak ada lagi alasan si kecil harus mandi bersama pengasuhnya. Sementara sorenya, untuk tahu si kecil mandi bersama pengasuh atau tidak, kita bisa mengajaknya bicara. Misal, "Dek, tadi sore mandi sama siapa? Mandi sendiri atau sama Mbak? Mandinya bagaimana?" Nah, kita perlu waspada bila ternyata ia menceritakan kegiatan mandi sorenya bersama pengasuh.

Sebenarnya, menurut Dewi, mandi bersama pengasuh di waktu sore pun tak perlu terjadi. Caranya, minta si pengasuh memandikan anak lebih dulu, setelah itu baru dirinya mandi cepat-cepat. Sementara pengasuh mandi, beri anak kegiatan yang disukainya semisal bermain lego, menonton acara TV favoritnya, dan lainnya.

BELAJAR MANDI SENDIRI

Nah, mengingat dampaknya sungguh tak sehat buat si kecil, kenapa kita tak biasakan saja ia mandi sendiri? Apalagi ini, kan, berkaitan dengan proses kemandirian. Tentu caranya enggak drastis, ya, Bu-Pak, karena ia, kan, belum terampil mandi sendiri.

Awalnya, kita temani ia mandi sambil mengajarkan cara mandi yang betul; dari cara mengguyur badan, menggunakan sabun, sampai memakai handuk dengan benar. Setelah itu, secara bertahap kita minta ia mandi sendiri, mula-mula sambil tetap kita bantu hingga akhirnya ia bisa mandi sendiri. Tentu butuh waktu, ya, Bu-Pak, sampai akhirnya si kecil bisa dilepas mandi sendiri. Karena itu, kepada pengasuhnya pun kita minta agar ia mengajarkan si kecil mandi sendiri.

Untuk mendukung pembelajaran ini, kamar mandi dan perkakas mandi pun berperan. Jangan sampai bak mandinya terlalu tinggi hingga tak terjangkau si kecil. Akan sangat membantu bila menggunakan ember atau shower jika ada, sementara sabun mandinya gunakan yang cair karena lebih praktis buat anak. Selain itu, seiring pembelajaran, si kecil pun perlu ditanamkan pengertian bahwa ia sudah cukup besar dan sudah saatnya belajar mandi sendiri. Dukungan dari kita sangat penting artinya buat keberhasilannya mandi sendiri.

Yanti/Dedeh Kurniasih/nakita

JANGAN DIMARAHI

Jika mandi bersama telah berdampak buruk semisal si kecil jadi "genit" atau "masturbasi", jangan ia dimarahi apalagi dihukum fisik seperti dicubit atau dipukul. Cara begini nggak bakalan mempan buat anak batita. "Wong, dia enggak ngerti, kok!" bilang Dewi. Bahkan, dinasihati panjang lebar pun enggak ada gunanya.

Yang terbaik, alihkan secara perlahan. Bila ia lebih kerap sendirian, misal, ajaklah ke lingkungan sosial yang memungkinkan ia bergaul dengan teman-teman sebayanya. "Bisa dengan melibatkannya dalam kegiatan tertentu yang diminati seperti menari, menyanyi, menggambar, atau lainnya." Lewat cara ini, menurut Dewi, biasanya anak akan lupa, kok, dengan yang sudah dilakukannya.

Sedangkan perilaku "genit"nya bisa diatasi dengan memberi pengertian yang bisa diterima akalnya. Misal, si Buyung senang mencium teman perempuannya. Katakan padanya, "Buyung enggak boleh genit seperti itu sama teman ataupun orang lain, karena belum tentu ia senang dicium oleh Buyung. Kalau dia enggak senang, nanti Buyung dijauhi, lo. Akhirnya, Buyung jadi enggak punya teman. Nah, Buyung enggak mau seperti itu, kan?" Kendati masih batita, si kecil bisa mengerti, kok, dengan penjelasan seperti ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CORONA

hmmm... sudah lama tdk sekolah, sejak ada virus corona sekolah libur, kantor libur dan toko banyak yang tutup. Sejak bulan Maret 2020 sekola...